Mendengar kabar jakob oetama meninggal dunia. Teringat buku yg saya beli di gramedia tahun 2011. Buku setebal 600 halaman lebih ini judulnya Syukur tiada akhir, Jejak langkah Jakob Oetama.
Pak JO adalah pemilik Surat kabar harian kompas. Tampilan koran ini berbeda dengan yang lain dari segi jumlah halaman. Begitupun isinya terasa nyaman dibaca.
Tulisannya enak dibaca dan memang punya ciri khas dan informatif. Walaupun membaca artikelnya yang panjang dan padat, kita tidak akan capek.
Karena kompas lahir di tengah hiruk pikuk politik, terbit sejak 28 juni 1965. Seperti yang dituturkan dalam bukunya, lebih dari sekadar politik, Kompas seperti halnya Pers Indonesia menjadi siswa yang dengan tekun menyimak perkembangan Indonesia dan dunia, menjadikan yang baik sebagai inspirasi, dan yang buruk sebagai peringatan.
Salah satu komitmen yang ingin terus kita kembangkan adalah mendorong upaya menemukan kembali Indonesia. Pernahkah kita membaca sebuah berita setelahnya itu kita merasa resah dan gelisah. Beliau pernah mengatakan 5W + 1H sebagai pedoman dasar dalam menulis berita sebaiknya ditambah dengan Impact (I) yakni dampak atau pengaruh.
Ketika pers Indonesia masih terus terpukau wacana politik yang membius, tetapi kurang produktif, lingkungan, dan karakter pers itu sendiri sebenarnya mengalami transformasi dramatik kalau bukan revolusi dengan diskursus tentang masa depan cetak yang seolah berada di tebing jurang dipicu makin populernya media baru (Online dan Mobile) dan kukuhnya generasi digital.
Tepat 9 September 2011 Kompas Gramedia Grup kembali mengibarkan sayapnya dalam bisnis media. Launching Kompas TV menandai itu semua .
Jadi tanggal 9 september itu harusnya adalah hari yang bahagia untuk kompas TV. Merayakan ulang tahun yang ke Sembilan. Namun bertepatan dengan hari rabu kemarin , pendiri Kompas Gramedia Grup berpulang.
Seharusnya bulan september ini juga Jakob Oetama akan berulang tahun di usia 89 tahun. Tapi Tuhan berkehendak lain. Beliau menghembuskan nafas terakhir di Rumah sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta. Peraih bintang Mahaputra Utama ini wafat di usia 88 tahun dan di makamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Selamat jalan Guru Pers Nasional, Tokoh Pers tiga zaman. Sosok sederhana yang lebih senang disebut wartawan daripada pengusaha.
Terima kasih atas warisan dan jasamu di dunia pers, wawasan keindonesiaanmu. Jurnalisme makna, kritik dengan pengertian.
Kompas haruslah menjadi Indonesia mini (Jakob Oetama). (IT)